Sekelumit Kisah Halimah Yacob, Penjual Nasi Padang Yang Jadi Presiden Wanita Pertama Singapura

Ada seorang wanita yang sedang banyak dibicarakan oleh semua orang di seluruh dunia, terutama di Singapura. Dia adalah Halimah Yacob yang sekarang berusia 63 tahun. Mungkin banyak dari kita yang baru mendengar namanya sekarang dan bahkan belum tahu apa yang dibicarakan tentang wanita ini.

Halimah Yacob menjadi presiden ke-8 dan merupakan presiden wanita Singapura pertama dan menjadi presiden keturunan Melayu pertama setelah 47 tahun. Dia terpilih tanpa adanya pemungutan suara, karena menjadi satu-satunya kandidat yang lolos seleksi, setelah diumumkan bahwa dua kandidat lainnya, yaitu Farid Khan dan Mohamed Salleh Marican tidak memenuhi syarat sebagai calon presiden Singapura.

Halimah Yacob
(Credits: Tribun Jogja)

Di Singapura, setiap kandidat calon presiden harus memenuhi serangkaian persyaratan yang diatur dalam Konstitusi Singapura, yang dilihat dari integritas, karakter dan reputasi sang calon presiden. Untuk calon dari sektor publik, kandidat harus setidaknya pernah selama 3 tahun memegang jabatan penting dalam pemerintahan, seperti pernah menjadi Hakim Agung, Pembicara, Jaksa Agung, Ketua Komisi Pelayanan Publik, Auditor Umum, Akuntan Jenderal, atau Sekretaris Tetap.

Sedangkan untuk calon dari sektor swasta, kandidat harus pernah menjabat sebagai CEO perusahaan dengan total aset minimum SG$ 500 juta. Halimah dianggap memenuhi syarat dari sektor publik, karena sebelumnya dia menjabat sebagai Ketua Parlemen Singapura selama 4 tahun pada periode Januari 2013 sampai dengan Agustus 2017.

Karir politik dan pemerintahannya dimulai setelah menamatkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Singapura pada tahun 1978. Pertama-tama, Halimah bergabung dengan National Trades Union Congress (NTUC) di divisi hukum, dan aktif memperjuangkan hak-hak pekerja, sehingga pada tahun 1999 – 2001, Halimah tercatat sebagai orang Singapura pertama yang duduk di lembaga buruh internasional (International Labour Organisation/ILO).

BACA JUGA :  Kreatif, Wanita ini Ubah Kemeja lama Suaminya Jadi Gaun Menawan Untuk Putrinya

Di tahun 2001, Halimah terpilih sebagai anggota parlemen Singapura dari Partai Aksi Rakyat (People’s Action Party/ PAP) dan pada tahun 2013, Halimah menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua Parlemen (Group Representation Constituency) Singapura.

Terlepas dari karirnya yang gemilang, tidak ada yang menyangka bahwa di masa kecilnya, Halimah harus menjalani kehidupan yang cukup sulit untuk anak seusianya. Di usia 8 tahun, Ayahnya meninggal, sehingga sang ibu harus berjualan nasi padang untuk menghidupi kelima anaknya, Halimah pun turut serta membantu ibunya, sehingga sering kali bolos sekolah dan hampir dikeluarkan, tapi berkat kecerdasannya, Halimah dapat melewati semua itu, biaya sekolah dibantu oleh beasiswa.

BACA JUGA :  6 Tempat Wisata yang Wajib Dikunjungi Saat Berlibur ke Singapura

Banyak yang memberikan pujian atas terpilihnya Halimah menjadi presiden, tetapi ada pula yang menyayangkan hal ini, karena menurut mereka pemilihan presiden tanpa adanya pemungutan suara adalah menunjukkan suatu hal yang sangat tidak demokratis. Menanggapi hal itu, Halimah berucap :

“Saya adalah presiden untuk kalian semua, terlepas dari perbedaan bahasa, budaya, ras dan agama, dan walaupun tidak ada pemungutan suara, komitmen saya adalah akan melayani kalian (masyarakat) dengan baik”.

Well, selamat berjuang Bu Halimah Yacob.